Dragon Age: Origins, Bukan Sekadar RPG Fantasy



Jakarta - Dragon Age: Origins (DAO) bisa disebut sebagai salah satu jenis game yang bukan cuma menawarkan hiburan kelas RPG ecek-ecek. Bukan cuma cerita berbobot yang diramu oleh BioWare dalam indahnya dunia fantasy Ferelden, namun game ini menawarkan memori indah yang teruntai lewat pendalaman interpersonal karakternya. Hal ini sangat menentukan arah cerita ke depannya dan membuat DAO menjadi lebih dari sekadar Role Playing Games (RPG) Fantasy kebanyakan.

Seperti yang ditawarkan dalam RPG lainnya, pemain memulai karir dengan membangun sebuah karakter yang nantinya bakal berpengaruh pada gameplay. Saat membangun karakter ada tiga pilihan ras: Human (manusia), Elf (peri) dan Dwarf (kurcaci), kemudian memilih job tiap class sesudahnya.

Sesuai ras yang dipilih, selanjutnya game akan masuk ke dalam alur cerita sesuai latar belakang karakter yang dipilih. Nantinya, semua arah cerita menjadi satu dengan mengikuti seorang bernama Duncan untuk menjadi seorang Grey Warden, sebuah kelompok yang mendedikasikan hidupnya untuk bertarung dengan Blight, yakni sekelompok siluman jahat yang memporak-porandakan kedamaian dunia Ferelden.

Inti dari game ini adalah bertempur dengan Blight, dengan cara merekrut anggota di tiap-tiap jalan cerita menjadi satu kelompok Grey Warden yang menyelesaikan masalah dari suatu daerah ke daerah lain. Di tiap-tiap skenario cerita, pemain bisa mencari quest-quest kecil yang berjumlah banyak. Game ini bahkan terasa hambar apabila hanya mengikuti major quest saja.

Yang perlu dicatat adalah semua dialog yang dilakukan akan berpengaruh pada jalannya cerita ke depan. Selain itu hal ini juga berpengaruh pada anggota tim yang lain. Kadang dalam sebuah misi, ada sebuah quest yang muncul dari pembicaraan. Quest ini secara otomatis akan membuka jalan cerita kecil, yang berujung pada skenario besar. Jika memilih untuk bersikap sopan, maka Non Player Character (NPC) juga akan sopan, sebaliknya jika bersikap kasar dalam pembicaraan dapat menghilangkan kesempatan membuka sebuah quest baru.


Gameplay, Grafis dan Suara

Bagi pemain yang telah terbiasa memainkan game-game macam Diablo, Baldur Gate, Mass Effect, Dugeon Siege atau Never Winter Nights pasti tak menemui kesulitan dalam menjalankan karakter. Sistem permainan yang ditawarkan di sini benar-benar fleksibel dan mudah untuk diatur. Pemain hanya perlu mengatur apa yang perlu dilakukan oleh karakter lain (AI) lalu langsung fokus pada pekerjaan lain agar tidak terbengkalai. Dengan kontrol WASD di keyboard, pemain bisa menggerakan karakter secara 3rd person. Jika bosan view bisa diganti dengan cara men-scroll mouse ke mode yang lebih kecil. Dengan ini game dijalankan secara click & hit.

Berbicara masalah grafis, game ini tergolong standar. Dengan pantulan cahaya yang berkilau pada pedang atau armor, serta darah yang terasa standar, grafis game ini memang tak bisa dikatakan mewah untuk ukuran saat ini. Salah satu yang menjadi kelebihan game ini adalah pengisian suara yang luar biasa banyak di tiap-tiap NPC . Setiap orang baru akan berbicara dengan nada suara berbeda. Sangat variatif.


Dialog Harus Benar-Benar Diperhatikan

Yang menjadi inti dari permainan ini adalah pembicaraan. Bagi yang belum terbiasa bermain game RPG ini, pastilah berpikiran 'Ini game kok isinya ngobrol terus yah?'. Hal ini memang benar adanya. Dan justru inilah kekuatan Dragon Age:Origins, dibanding genre sejenis lainnya.

Saat kita hanya mengejar item dan battle, game ini akan terasa sangat hambar. Namun saat dialognya diikuti dengan seksama, sebuah cerita yang menarik akan tersaji. Tentunya hal ini tidak mudah, karena dialog pembicaraan yang dibangun tidak menggunakan teks. Teks hanya ada saat kita akan menentukan sebuah keputusan. Alhasil saat memainkan game ini, pemain harus benar-benar berkonsentrasi penuh, agar tidak kehilangan alur cerita.


Bumbu Seks Dalam Cerita.

Seks menjadi salah satu bumbu yang menarik perhatian dalam sebuah game. Begitu juga dengan DAO. Saat memilih karakter sebagai seorang pria, karakter itu bisa diarahkan untuk bersetubuh dengan karakter wanita lain. Begitu juga sebaliknya. Terlepas dari semua itu nampaknya DAO benar-benar mengusung kesetaraan gender. Karena lucunya, ada juga pilihan 'bermain' dengan sesama jenis.

Tapi, perlu diperhatikan, agar bisa 'bermain' dengan teman satu grup hubungan interpersonal yang kuat harus benar-benar dijaga. Sampai di level tertentu nantinya saat sang 'gebetan' benar-benar open minded, barulah adegan 'permainan panas' tersebut bisa dijalankan. Asyik bukan? Perlu dicatat bahwa game ini memang ditujukan bagi dewasa. Jangan berikan game ini untuk anak di bawah usia 18 tahun!


Kesimpulan:

Pada dasarnya Dragon Age: Origins seolah didesain sebagai game Fantasy RPG yang ditujukan kepada gamer kelas berat dan juga para gamer yang terbiasa memainkan genre tersebut.

Pesan moral game ini bukan hanya kebaikan pasti menang melawan kejahatan, seperti game sejenis lainnya. Di sini, pemain akan diberikan pilihan-pilihan bermoral melalui dialog yang dibangun baik NPC maupun karakter lain. Hal ini akan membuka tempat-tempat/dungeon alternatif yang tersembunyi dalam game yang pada akhirnya akan mempengaruhi jalan cerita.


Kelebihan:
- Pengembangan alur cerita yang luar biasa
- Dialog yang variatif
- Adegan 'panas' yang membuat petualangan menjadi seru

Kekurangan:
- Tidak adanya teks dialog
- Skill tree kurang menarik

sumber:http://www.detikinet.com/read/2009/11/26/154042/1249507/655/dragon-age-origins-bukan-sekadar-rpg-fantasy


Untuk Download Gamenya KLIK DISINI

Belum ada Komentar untuk "Dragon Age: Origins, Bukan Sekadar RPG Fantasy"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel